Diberdayakan oleh Blogger.

Like Box

Followers

Header Ads

Jumat, 06 Juli 2012

Politik Mesir dibawah Moursi dan stabilitas Timur tengah

0 comments
http://blogs.reuters.com/faithworld/files/2012/06/mursi.jpg
Ahad, 24 Juni 2012 menjadi sejarah baru bagi Mesir, KPU secara resmi mengumumkan kemenangan Mohammed Moursi dalam pemilihan presiden putaran kedua mengalahkan Ahmad Shafiq, Moursi dengan perolehan suara sekitar 51% dan 48 % untuk suara Shafiq, perolehan suara masing masing calon mengindikasikan persaingan yang ketat antar kedua calon ini, dan ini juga menandakan akan situasi rentan politik dalam negara Mesir, unggul dengan selisih tiga persen membuat Moursi sadar akan kekuatan oposisi yang tak bisa dianggap remeh, karenanya Moursi dalam sambutan kemenangannya mengatakan ia adalah presiden bagi semua warga Mesir tentu dengan harapan mampu membuat pihak oposisi tidak membuat gaduh politik dalam negeri serta juga ingin merangkul semua pihak yang dikalahkan Moursi termasuk kelompok liberal dan juga salafi.  Bagaimana politik dalam negeri Mesir setelah Moursi terpilih dan kemana arah politik luar negerinya dan apa dampaknya terhadap stabilitas kawasan Timur Tengah ? adalah pertanyaan yang akan dijawab dalam makalah sederhana ini.

Lucian Pye dalam pembanganan politiknya menyebut 10 indikasi pembangunan politik yang sukses, yang pertama adalah stabilitas politik adalah prasyarat pembangunan ekonomi, karenanya setelah era arab spring atau revolusi maka fokus pertama Moursi adalah merangkul pembanguinan politik dengan fokus pada menjaga irama kekuatan politik yang selama ini menguasai Mesir, terutama Militernya sebab banyak kasus negara berkembang yang mengalami arus balik demokrasi, politik dalam negeri yang selalu gaduh membuat militer turun tangan dan mengambil pucuk kekuasaan.

Moursi seperti yang dikatakannya kepada BBC akan menerapkan demokrasi konvensional dan tak akan mengubah Mesir menjadi Teokrasi Islam dan akan tetap menghargai perjanjian perjanjian Internasional dengan Israel sembari mengajak Isrel juga harus menghormati perjanjian yang telah disepakati. Kasus konflik Hamas-Fatah menjadi pelajaran bagi Moursi betapa kemenagan secara demokrasi tidak serta merta membuatnya mampu melakukan perubahan secara radikal karena masih adanya kekuatan politik lain yang memiliki pengaruh dalam negaeri seperti Fatah dan lainnya, Mesir juga demikian, kondisi politik dalam negeri puluhan tahun lamanya yang telah ditanam rezim kekuatan politik sebelumnya tak serta merta bisa dihilangkan secara revolusioner karenanya jika Moursi tidak berhati hati dengan merangkul kekuatan Militer, partai politik yang sangat banyak dan juga buruh serta kelompok pengusaha maka kegaduhan politik mungkin tinggal menunggu waktu, namun jika Moursi merangkul dalam kabinet dari perdana menteri yang ditunjuknya nanti kekuatan politik lainnya maka Moursi telah melakukan pembangunan politik yang baik guna terwujudnya pembanguanan ekonomi yang stabil.

Politik dalam negeri Mesir
Moursi adalah calon presiden yang daiajukan partai kebebasan dan keadilan yang merukan sayap politik Ikhwanul Muslimin sebuah gerakan sosial dakwah yang didirikan Hasan al-Banna pada tahun 1926, kelompok islam ini dalam sejarah Mesir selalu terlibat dalam suksesi kepemimpinan Mesir namun kemudian di “oposisikan” oleh rezim penguasa baru, suksesi kali ini IM menikmati kue suksesi yang didalamnya ia terlibat.

Kelompok islam ini awalnya adalah gerakan social yang pada era Mubarak dan sebelumnya menjadi gerakan terlarang karena keterlibatan tokohnya yang dituding menjadi otak radikalisme dan terorisme di Mesir seperti Sayyid Qutub dalam bukunya Maalim fi Thariq yang membedakan masyarakat islam menjadi jahiliyah dan non jahiliyah, namun organisasi ini secara massif dan terstruktur terus melakukan rekrutmen keanggotaan dihampir semua lapisan masyarakat dan profesi, guru, dosen mahasiswa tani dan juga dokter dengan satu slogan memperbaiki kesalihan individu yang tercermin dalam visi misi gerakan, Allah tujuan kami Rasul teladan kami, al-Quran pedoman hidup kami, mati syahid adalah cita cita tertinggi kami, karena kemasifan inilah mesir takut denagan kader kader Ikhwan lalu membubarkannya dan justru itu menjadi cara penyebarannya keseluruh wilayah Timur tengah dan dunia islam, Qardhawi menyebut penyebaran IM ini sekarang telah mencapai di hamper di 80 negara dunia internasional termasuk Negara-negara Timur tengah.

Di Mesir sendiri sebelum revolusi gerakan ini masih menjadi gerakan yang selalu di inteli para aparat kemanan Mesir, mulai dari Mesir berdiri dan merdeka dari jajahan Inggris pada tahun 1922, kemudian revolusi tahun 1952 IM selalu terlibat aktif, bahkan pemimpin Revolusi Mesir tahun 1952 ini Jamal Abd Nasir adalah merupakan kader inti dari IM[1] namun kemudian berselisih faham dengan para elit IM yang mengharuskan Nasir mengambil langkah langkah politik dengan menjaga jarak dengan IM, demikian juga pada era Anwar Sadat dan Mubarok, IM menjadi target inteljen, pada tahun 1981 misalnya Sadat tanpa melalui sidang pengadilan memenjarakan  1500 anggota IM, pada era mubarok tahun 1989 ada sekitar 10.000 anggota IM yang ditahan dituduh melakukan tindakan subversif[2], buku-buku yang ditulis oleh dan tentang ikhwan dilarang diterbitkan, sehingga nyaris secara formal gerakan ini di mesir tak terdengar namun ternyata strategi yang digunakan ikhwan adalah strategi bawah tanah melakukan pengkaderan dengan cara sembunyi sembunyi masuk diwilayah profesi dan kemasyarakatan lainnya, hingga pada era Mubarok lewat jalur independent memperoleh 65 kursi dari 450 kursi yang diperebutkan.

Moursi kini tercatat dalam sejarah Mesir sebagai presiden pertama yang terpilih secara demokratis dan kini ia harus membuktikan kepiawean politiknya, walau ia pernah dipenjara selama tujuh bulan ketika Mubarok berkuasa, Ia melanjutkan kuliahnya di AS bidang energi alternatif dan karena keahliannya ini ditawarkan menjadi warga negara AS namun ia menolak  dan memilih pulang kampung untuk memperbaiki demokrasi bangsanya. 

Jika melihat sejarah Mousri dan organisinya akan sangat mungkin kelompok oposisi akan berfikir negatif dengan akan sangat mungkin menjadi target politik penguasa baru, sebab bagamanapun juga saat ini masih sangat banyak tahanan politik IM yang mendekam dipenjara, kondisi ini sangat mungkin akan dimanfaatkan Moursi untuk membangun persepsi publik dengan melepas semua tahanan politik yang dipenjara era mubarok karena alasan politik, namun Moursi harus berhati-hati sebab sangat mungkin akan menjadi politik blunder baginya.

Politik Luar negeri Mesir dan stabilitas Timur Tengah
Dengan melihat ideology politik Moursi dan ikhwan tentang demokrasi dan pengalaman politik mereka selama ini maka Moursi dan Ikhwan di Negara firaun ini akan mengambil politik dua kaki, aman didalam negeri dan tetap melakukan hubungan baik dengan kekuatan besar dunia terutama AS dan Negara-negara Eropa, sikap ini akan menjadi pilihan politik ikhwan karena dengan bermain di dua kaki maka kekuatan-kekuatan yang selama ini tak dioptimalisasikan ikhwan akan berkembang dan akan menjadi senjata dalam menghadapi dominasi AS dan juga eropa, jika sikap politik ini berhasil maka akan sangat mungkin mengkhawatirkan berkumpulnya tiga kekutan besar timur tengah, Nuklir Iran, Ketegasan Turki dan juga Politik dua kaki Ikhwan dan itu akan menjadi kekuatan baru di dunia internasional.

Moursi dan Ikhwan akan tetap mengakui Israel dan akan tetap aman dan juga mengakuinya sebagai Negara yang berdaulat demikian juga akan menekannya agar mengakui Palestina, palestina kemungkinan akan merdeka pasca berkuasanya kekuatan ideology ikhwan ini, Iran akan tetap mengembangkan nuklirnya hingga kekuatan internal akan menjadi kuat sehingga perimbangan kekuatan akan terwujud dan perlahan dominasi AS mulai hilang dan Israel pun tak lagi arogan terhadap Negara-negara Timur tengah, menurut penulis inilah fase dimana kekuatan kekuatan islam berumpul menjadi satu dan akan menjadi kekuatan baru dalam dalam kawasan dan kemudian menjadi pemain baru terhadap stabilitas kawasan Timur tengah. Kekuatan Turki akan bergabung dengan kekuatan islam terutama ikhwan dan menjadi suntikan moral baru bagi kekuatan islam.

Kekutan ideology ikhwan yang memenangkan pemilu Mesir akan menjadi suntikan baru bagi dominasi politik Turki dan juga kekuatan oposisi Iran, itu berarti akan berkumpulnya Syiah, Sunni dan juga Negara sekuler Turki, jika tiga kekuatan ini bersatu maka akan lahir kekutan baru di Timur tengah dan akan menjadi penyeimbang kekuatan AS dan Israel dan juga negaranegara barat seperti uni eropa.

Jika tiga kekuatan ini berkumpul maka sangat besar kemungkinan akan terciptanya Timur tengah yang lebih kuat namun akan tetap berbaikan dengan Israel dan juga AS dan juga eropa, sehingga ketika kekuatan ini besar maka barat tak berani lagi melakukan tindakan sepihak terhadap Negara-negara Timur tengah dan benarlah teori Balance of Power yang menyebut jika tak ingin diserang maka haruslah memperkuat diri dengan memiliki kekuatan, pengaruh dan juga wewenang sebagai mana KJ Holsti menyebutnya dalam politik Internasionalnya.

Syafiuddin Fadlillah, M.Si

Peneliti ISMES (The Indonesian Society for Middle East Studies)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar